Newspaper Publish
Selasa, 08 Juni 2010
Mampukah G-20 Pertahankan Pemulihan?
Menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara yang tergabung dalam G-20 telah mengakhiri pertemuan tingkat menteri di Korea Selatan. Pertemuan tersebut diakhiri dengan ikrar akan menyatukan upaya guna menopang pemulihan ekonomi global. Perlu diketahui bahwa kekuatan G-20 dewasa ini dinilai mengalami peningkatan yang signifikan ketimbang pertemuan selevel G-8 yang dinilai terlalu inklusif dan terlebih pembuatan keputusan G-8 yang yang kurang memihak isu-isu global. Harapan tinggi pada forum G20 untuk mempercepat proses pemulihan krisis ekonomi global melalui keterlibatan langsung kepala negara dalam mencapai keputusan atas sejumlah isu penting.
Pertemuan G-20 menegaskan ekonomi global bertumbuh lagi, namun masih ada sejumlah kesulitan besar dalam upaya mencapai pemulihan penuh. Namun G-20 menilai bahwa perilaku spekulatif yang menyebabkan AS jatuh dalam resesi yang lalu merupakan sesuatu yang sangat perlu dihindari dengan membuat regulasi ketat yang baru bagi lembaga keuangan yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap moneter dan fiskal.
Kelompok G20 menyepakati bahwa perlunya untuk mempertahankan stimulus ekonomi ke pasar, namun wacana akan pembuatan kebijakan pengurangan jumlah stimulus tersebut juga timbul dalam forum. Hal yang menarik adalah kebijakan pengurangan stimulus yang berlebih dan bertempo terlalu cepat juga yang menjadi kekhawatiran bagi keberlangsungan pemulihan ekonomi ini. Hal ini dapat terlihat pada krisis utang Eropa yang merupakan peringatan bahwa terlalu cepatnya pemotongan pengeluaran bisa membawa ekonomi dunia ke suatu resesi.
Hanya saja dalam forum yang diselenggarakan beberapa hari lalu tersebut belum membuat sebuah keputusan yang tegas dan bulat. Belum adanya kesepakatan akan pungutan bank global untuk membayar dana talangan masa depan. Negara-negara Eropa dan AS umumnya mendukung beberapa jenis pungutan, sedangkan negara-negara seperti Kanada dimana bank-bank Kanada yang menderita kerugian yang minim selama resesi menentang hal tersebut. Nampaknya hal inilah yang menjadi pekerjaan berat bagi forum G-20 bagi penentuan konformitas kebijakan exit strategy serta kebijakan moneter serta fiskal untuk menjaga keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang positif dan kuat.
Dalam forum tersebut juga ditegaskan oleh AS melalui Timothy F. Geithner yang menyatakan bahwa pemulihan global tidak harus bergantung pada belanja konsumen Amerika. Dalam kesempatan tersebut ia mendesak Jepang, Jerman dan Cina untuk meningkatkan permintaan domestik.
Pertemuan tingkat menteri ini mempersiapkan agenda bagi KTT G-20 di Kanada akhir bulan ini. Apakah pertemuan yang akan datang pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang komprehensif bagi ekonomi global serta isu-isu dampak lingkungan? Semoga…
Market Update
Poundsterling cenderung uptrend pada pekan ini dengan perkiraan dikisaran 1.4220-1.4765 dengan support di 1.4240 dan resistance di 1.4565, sementara itu untuk mata uang Yen diperkirakan akan bergerak dikisaran range level 89.60 - 93.45 dengan perkiraan support di 90.45 dan resistance di 92.25
Euro terpantau bergerak dalam kisaran 1.2352 - 1.1954 pekan kemarin. Dalam sepekan kedepan diperkirakan akan dikisaran 1.2285 -1.1650 dengan level support di 1.1845 dan resistance di 1.2010. Sementara itu sektor komoditi bergerak cukup volatile juga, dalam pekan ini diperkirakan emas akan bergerak dikisaran range level US$1235.00 - 1195.00 per troy ons dengan level support dikisaran US$1205.15 per troy ons dan resistance dikisaran US$1221.40 per troy ons, sedangkan untuk minyak mentah pada sepekan kedepan diperkirakan akan bergerak dikisaran level US$66.10 - 74.45 per barrel dengan level support US$68.68 dan resistance di US$71.30
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar