Selasa, 01 Juni 2010

Eropa Diantara Dua Sisi Tantangan


Tantangan besar yang tengah dihadapi Eropa saat ini adalah inflasi yang menjadi momok bagi pertumbuhan ekonomi Eropa. Menjaga inflasi dibawah kendali adalah tanggung jawab utama bank sentral, dan inilah fokus utama dari Bank Sentral Eropa (European Central Bank / ECB) ditengah perjuangan Eropa untuk mengatasi masalah ekonomi yang disebabkan oleh krisis utang.

Berkaitan dengan usaha menahan inflasi, ECB mengambil tindakan dengan melakukan pembelian obligasi pemerintah mulai tanggal 10 Mei untuk membantu menjaga Yunani dan beberapa negara lain zona euro dari default utang. Namun bila ditelaah lebih dalam lagi, terdapat ancaman yang lebih dalam bagi Eropa yaitu deflasi. Hal inilah yang menjadi menarik karena pada saat ini kebijakan ECB juga harus memperhatikan kemungkinan akan ancaman deflasi. Dalam beberapa kondisi akibat deflasi lebih berbahaya daripada inflasi, karena deflasi mendorong konsumen untuk menunda pembelian demi menunggu harga yang lebih rendah. Hal ini menciptakan rendahnya alur permintaan dan produksi.
Deflasi juga buruk bagi debitur Yunani, karena debitur harus membayar kembali asset mereka lebih mahal dari sebelumnya. Ancaman terbuka bagi Eropa akan kemungkinan sebuah masa seperti yang pernah terjadi di Jepang disaat pertumbuhan ekonomi Jepang harus tercekik deflasi di tahun 1990an. 
Dalam keuangan modern, deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat. Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika tahun 1930) serta akan membuat pasar investasi akan mengalami kekacauan. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada aktivitas bisnis yang berjalan. Kemungkinan terjadinya fenomena inilah yang harus diwaspadai oleh pemangku kebijakan ekonomi Eropa. 
Tantangan lebih berat bagi Eropa akan terjadi pada beberapa bulan mendatang bagi Spanyol, Yunani dan Portugal di tengah usahanya untuk mendapatkan kembali daya saing dipasar internasional. Dilain pihak, ECB akan menghadapi kesulitan lebih besar dalam merancang kebijakan moneternya di tengah pilihan untuk merancang kebijakan bagi negara yang mengalami pembengkakan defisit dengan negara yang berkembang pesat seperti Jerman dan Perancis. Saat ini yang menjadi pilihan atas arah keputusan kebijakan ekonomi Eropa nampak pada pilihan ECB yang tetap teguh dalam fokus pada inflasi dan perbaikan defisit. Jean-Claude Trichet sebagai ketua ECB menyatakan tetap fokus dampak inflasi bagi masyarakat miskin dan mewajibkan bank sebagai penjaga stabilitas harga.

Market Update
Kecenderungan trend volatil terhadap US$ tampak pada beberapa mata uang mayor disesi akhir pekan lalu. Namun kestabilan pergerakan tersebut tampaknya belum kokoh seiring masih belum yakinnya pasar akan perkembangan ekonomi Eropa dan juga masalah kebijakan pengetatan anggaran oleh Bank Sentral Inggris.
Poundsterling cenderung uptrend pada pekan ini dengan perkiraan dikisaran 1.4220-1.4765 dengan support di 1.4370 dan resistance di 1.4565, sementara itu untuk mata uang Yen diperkirakan akan bergerak dikisaran range level 89.60 - 92.75 dengan perkiraan support di 90.45 dan resistance di 92.25
Euro terpantau bergerak dalam kisaran 1.2562 - 1.2153 pekan kemarin. Dalam sepekan kedepan diperkirakan akan dikisaran 1.2610 -1.2015 dengan level support di 1.2148 dan resistance di 1.2605.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar