Selasa, 29 September 2009

Ekspektasi G-20 Pittsburgh akan percepatan pemulihan ekonomi


Sesi minggu lalu telah dilangsungkan pertemuan puncak 20 negara ekonomi terkemuka (G20) dimana terdapat persetujuan untuk memberdayakan negara-negara berkembang di dunia dan mendorong pemulihan yang berkelanjutan di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat.
Berkaitan dengan tanggapan forum G-20 dalam sesi pemulihan resesi ekonomi ini, beberapa poin kesepakatan menajdi hal yang menarik untuk di telusuri lebih lanjut terutama berkaitan dengan tekad para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G-20 memerangi krisis finansial dengan memperkuat sistem perbankan dan perekonomian global.
Selama pertemuan yang berlangsung pada 24-25 September itu, para pemimpin ekonomi dunia sepakat menyusun tingkat kerjasama yang lebih erat dan mantap dalam menuju pertumbuhan yang berkelanjutan serta memperkuat peraturan perbankan. Disebutkan, di akhir tahun 2010, negara-negara akan setuju pada aturan-aturan yang bertujuan meningkatkan "kuantitas dan kualitas" modal bank dan mengecilkan pengambilan risiko berlebihan. Mereka juga menetapkan untuk memulai menegakkan aturan-aturan tersebut pada akhir tahun 2012. Hal tersebut terbaca pada salah satu poin yang ditetapkan dalam forum Pittsburgh yaitu “Kompensasi berlebihan bagi para eksekutif di sektor perbankan akan diakhiri karena mendorong risiko. G20 menentang jaminan bonus multi-tahun, mendesak transparansi yang lebih besar dan menyerukan Dewan Stabilitas Keuangan G20 untuk mengusulkan langkah-langkah baru pada Maret 2010.” Selain pembahasan pada penentuan kompensasi berlebih pada eksekutif perbankan tersebut juga diungkit bahwa G20 akan membuat pentahapan peraturan baru untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas modal bank, yang dipandang sebagai kekurangan utama dalam krisis ekonomi global. Dalam masa krisis yang lalu industri perbankan menelan kerugian US$ 1,6 triliun, namun bertekad menghindari pemberian bonus dan kompensasi besar-besaran yang sebelumnya diberikan selama bertahun-tahun kepada para petinggi bank. G20 menetapkan tujuan pengembangan aturan pada akhir tahun 2010 dan mengimplementasikannya pada akhir 2012.
Menurut Daniel Gurusinga, Head of Research and Education, PT. IMF bahwa 2 poin tersebut diatas memang sangat tepat untuk ditetapkan mengingat ketidaksiapan sektor perbankan dalam menghadapi setiap kemungkinan dalam goncangan ekonomi adalah salah satu faktor peledak krisis finansial yang lampau. Daniel Gurusinga mengingatkan kepada pembaca bahwa pemicu kuat krisis finansial Oktober 2008 lalu adalah pola kegagalan perusahaan finansial yang juga dipengaruhi oleh krisis kredit perumahan. Sebuah fenomena krisis yang notabene berhasil menggoncangkan perusahaan perbankan raksasa Amerikapun.
Dalam forum tersebut juga tersepakati untuk terus bekerja menstimulus pertumbuhan ekonomi dan menstabilkan sistem keuangan menyusul krisis finansial terburuk selama beberapa dasawarsa. Bertalian dengan maraknya kebijakan stimulus yang di kembangkan oleh pembuat kebijakan moneter. Sebagai contoh pada awal tahun ini, Amerika meluncurkan program paket stimulus senilai $787 milyar, hanya dampak positif belum dirasakan maksimal. Oleh sebab itu salah satu poin yang ada adalah G20 akan berkoordinasi untuk menemukan waktu yang tepat untuk mengurangi langkah-langkah stimulus sebagai bagian dari upaya untuk mengembalikan pertumbuhan dunia menjadi tinggi, berkelanjutan dan seimbang.
Selain itu hal menarik lainnya akan proyeksi G20, yang menyatukan negara-negara maju dan berkembang merupakan 90 persen dari ekonomi global, akan menggantikan Kelompok Delapan (G8) dari negara-negara kaya di dunia sebagai forum unggulan.
Sekarang tinggal menunggu pengimplementasian nyata dari komitmen G-20 apakah akan berimbas positif efektif bagi pemulihan ekonomi dunia.
Forum G-20 pada dewasa ini tampaknya telah menjadi forum bergengsi dunia sebagai tempat berhimpunnya kekuatan-kekuatan ekonomi dunia, seperti AS, Inggris, Jepang, dan Uni Eropa serta BRIC (Brazil, China, India dan Rusia) yang mewakili 85% GDP dunia dan 2/3 populasi dunia. Tergabungnya kekuatan ekonomi dunia ini menjadi sangat signifikan sejak dunia mengalami krisis finansial global Oktober tahun lalu. Hal tersebut mencuat setelah forum G-8 yang merupakan pengelompokan negara-negara industri maju dianggap tidak lagi relevan maka pada G-20 kini harapan masyarakat internasional dalam rangka perbaikan perekonomian dunia.

Selasa, 08 September 2009

Gold Most Wanted?


Pernahkah anda mendengar sesuatu yang “most wanted”? Langsung terbayang sesuatu yang dicari-cari dan menjadi sesuatu yang spesial. Pembahasan artikel kali ini melanjutkan artikel minggu lalu dimana emas yang diangkat menjadi topik tengah gencar dibicarakan.
Ditengah gelombang membaiknya laju perekonomian global ini yang menarik adalah perubahan pola masyarakat investasi yang cenderung Risk Appetite menjadi Risk Aversion.
Perlu diketahui Definisi Risk Aversion mengacu kepada kepada pola kebiasaan investasi yang lebih menghindari resiko. Seorang investor menghindari risiko dalam penambahan saham yang berisiko tinggi atau investasi portofolio. Investor mencari sisi invetasi yang "aman" umumnya akan tetap berpegang pada dana dan indeks obligasi pemerintah. Sedangkan definisi dari Risk Appetite adalah tipe investor yang berbanding terbalik. Tipe investor yang menyukai untuk berinvestasi pada sisi yang lebih beresiko seperti pada pada saham serta perdagangan futures. Hal ini dikarenakan kesiapan dari pola manajemen keuangan yang telah diatur sedemikian rupa sehingga bila terjadi kerugian maka aset aman dari investor tersebut tetap dapat bergerak.
Dalam pengamatan penulis, emas yang kembali bergerak ke level penguatannya dimana emas dapat menembus level tertinggi sejak bulan February yang lalu.
Emas yang dianggap sebagai save hafen commodity. Hal ini dikarenakan fakta emas adalah salah satu instrumen yang diburu saat kondisi ekonomi memburuk untuk mengamankan investasi karena harganya cenderung stabil atau menjadi instrumen hedging atau lindung nilai kala ekonomi membaik untuk melindungi investasi dari lonjakan inflasi.
Komoditas emas terlihat sangat mudah dipengaruhi oleh siklus ekonomi, contohnya saja kenaikan harga emas secara dramatis dari awal tahun ini, didasari oleh keyakinan recovery ekonomi berbentuk V, antisipasi inflasi yang disebabkan stimulus yang sedang gencar dikucurkan oleh The Fed (Bank Sentral AS), dan kebijakan suku bunga mendekati nol persen yang diadopsi oleh negara maju.
Selain itu siklus perubahan harga emas juga cukup dipengaruhi oleh siklus pola musiman, harga emas cenderung melemah di musim panas akibat lemahnya permintaan akan perhiasan. Permintaan perhiasan biasanya kembali meningkat di musim gugur, bersamaan dengan musim pernikahan di India, Ramadhan, Natal dan Tahun Baru China.
Bagaimana dengan tingkat suku bunga yang akan sangat berkorelasi dengan pergerakan emas? Dalam beberapa tahun ini, pembuat kebijakan moneter dunia lebih memilih untuk menurunkan serta mempertahankan level suku bunga pada level yang cukup rendah. Suku bunga Amerika misalnya yang dipertahankan pada level 0-0,25% terlihat pola kebijakan Bank Sentral Amerika yang masih hati-hati dalam menyatakan ketegasan krisis finansial telah berakhir atau belum. Di sisi lain pasar juga melihat fakta pergerakan perbaikan ekonomi global yang masih belum jelas. Beberapa waktu yang lalu diumumkan sektor tenaga kerja Amerika yang ternyata lebih buruk daripada perkiraan pasar. Dari data terakhir dilaporkan tingkat pengangguran Amerika yang memburuk dari level 9.4% yang diperkirakan hanya memburuk ke level 9.5% ternyata dirilis memburuk ke level 9.7%. Secara keseluruhan pasar masih melihat masih lemahnya sektor kekuatan ekonomi Amerika yang terwakili oleh “unemployment rate” yang memburuk. Pergerakan dolar terhadap mata uang mayor lainnya cenderung mengalami pelemahan yang merupakan insentif yang sangat baik bagi penguatan emas.
Penulis melihat kemungkinan yang lebih besar bagi emas untuk dapat terus bergerak pada level diatas $ 950 per troy ounce. Faktor pemicu pertama adalah minat pasar terhadap pasar komoditi yang masih tinggi. Emas menjadi “Most Wanted Commodity” untuk mengamankan keuangan dari gejolak finansial yang mungkin kembali timbul. Pasar juga melihat kemungkinan tipe recovery ekonomi tipe W dimana dimungkinkan ekonomi yang akan menghadapi jurang yang lebih dalam daripada krisis yang terjadi Oktober tahun lalu. Faktor kedua adalah kecenderungan pelemahan nilai tukar dollar yang menjadi triger penguatan bagi emas.
Peluang besar bagi emas untuk menembus level psikologisnya di level $1000 per troy ounce. Tinggal menunggu tertembusnya level $998.70 per troy ounce yang tercapai pada February yang lalu, diikuti dengan level tertinggi tahun ini di $1005.70 per troy ounce. Level psikologis menjadi begitu pentingnya sehingga bila terjadi manuver gejolak harga emas dapat kembali diperdagangkan di atas $1000 per troy ounce. Level support berada pada level 945.70 yang dapat tercapai bila terdapat koreksi tajam setelah kenaikan yang terjadi beberapa minggu ini.