Selasa, 30 Maret 2010

Peluang Emas dan Minyak


Beberapa tahun ini dimana terlihat rally harga emas berkelanjutan serta didukung oleh fakta bahwa pasokan yang ada lebih kecil dari permintaan secara konsisten, jelas merupakan faktor kenaikan harga emas dalam jangka waktu menengah dan panjang.

Fakta yang ada, emas adalah salah satu instrumen yang diburu saat kondisi ekonomi memburuk untuk mengamankan investasi. Harga emas cenderung stabil atau menjadi instrumen hedging atau lindung nilai kala ekonomi membaik untuk melindungi dari lonjakan inflasi. 
Seiring dengan berkembangnya waktu, emas telah mewakili sebuah investasi riil yang sangat baik. Bila kita analisa cermat, emas selalu bergerak meningkat selama periode inflasi tinggi dan ketidakstabilan keuangan. Hal ini bagaikan analogi pasokan terbatas emas yang tidak dapat dicetak untuk membiayai defisit pengeluaran pemerintah.
Beberapa bulan ini pergerakan emas dipengaruhi faktor-faktor antara lain penurunan nilai mata uang dollar AS, perubahan cadangan devisa, perubahan gaya investasi terhadap aset berisiko dan kekhawatiran inflasi. 
The Fed (Bank Sentral Amerika) tetap menjaga target suku bunga di kisaran level 0-0.25% dan terus mengantisipasi kondisi ekonomi untuk menjamin bahwa tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh the Fed ini akan bertahan dalam beberapa periode kedepan. 
Penulis melihat kemungkinan yang besar bagi emas berjangka untuk dapat bergerak pada level diatas US$ 1150 per troy ons. Faktor pemicu pertama adalah minat pasar terhadap pasar komoditi yang tinggi. Faktor kedua adalah kekuatan nilai tukar US$ yang belum mempunyai motor yang kuat untuk kembali menguat secara signifikan, terlebih dengan rendahnya tingkat suku bunga yang diputuskan oleh the Fed. Selain itu faktor kekhawatiran masyarakat akan meningkatnya kembali level inflasi juga menjadi faktor pendorong tersendiri bagi penguatan level emas. Masih belum menentunya jalan keluar bagi defisit keuangan Yunani oleh Uni Eropa juga menjadi faktor pendorong volatilitas emas.
Minyak adalah sebagai sumber daya energi yang sulit diperbaharui telah menjadi komoditi yang juga dicari-cari dalam penempatan investasi. Seiiring dengan menguatnya komoditi emas yang notabene terdapat korelasi yang menarik antara minyak dan emas. Menurut artikel zeal LLC dari tahun 1965 ke 1994 terdapat korelasi yang cukup kuat antara minyak dan emas yang berada pada +0.879. Namun pada tahun 1985 sampai 2000 level korelasi tersebut terlihat memudar ke level -0.1333. Dan sejak tahun 2000 yang lalu, nilai korelasi tersebut menguat ke level +0.715. 
Harga minyak berjangka mulai meningkat dari level US$20 ke US$50an per barrel pada tahun 2004. Semenjak itu harga minyak mentah terus pada tren penguatan sampai menyentuh level tertingginya di tahun 2008 pada level US$147.25 per barrel. Hal yang sama dengan pergerakan emas yang memulai range harga di kisaran US$300 per troy ons ditahun 2004 yang kemudian pada tahun-tahun berikutnya melambung menyentuh kisaran level US$1000 per troy ons. 

Market Update
Seperti artikel penulis minggu lalu bahwa komoditi emas berjangka (XAU) diprediksikan menguat ke level range level dikisaran US$1098.50 - US$1112. Persetujuan antara Perancis dan Jerman akan dana talangan untuk mengatasi krisis Yunani menjadi faktor penguat emas. Emas dimungkinkan masih dalam pola ranging dengan kecenderungan akan terjadi penguatan dikisaran US$1110.50 - US$1150.25 per troy ons. 
Lain halnya dengan emas, minyak relatif stabil cenderung masih dikisaran melemahnya pada sepekan perdagangan lalu setelah data menunjukkan perekonomian AS berkembang kurang dari perkiraan kuartal lalu, dan rencana bantuan Yunani. Minyak diperkirakan masih bergerak dalam kisaran tipis di US$ 79.30 - 82.50 per barrel dalam pekan ini.

Selasa, 23 Maret 2010

Aliran Investasi Keluar Zona Eropa



Zona Eropa mengalami “cidera” yang beberapa bulan ini ini tidak kunjung mendapatkan aksi perbaikan yang nayata dan maksimal dari petinggi Uni Eropa dimana Yunani menjadi salah satu bagian dari Uni Eropa. Sebuah fakata yang mengejutkan pasar adalah berita mengenai Rasio defisit anggaran Yunani atas produk domestik bruto atau PDB, misalnya, naik dari 3,7 persen tahun 2007 menjadi 7,7 persen tahun 2008 dan 12,7 persen tahun 2009, tahun 2010 diperkirakan akan 9,0 persen. Sebuah unifikasi selevel Uni Eropa dapat kecolongan fakta bahwa Yunani bertransaksi pertukaran mata uang (currency swap) yang bisa mempengaruhi besaran utang dan defisit mereka. Bahkan transaksi yang menjadi pertanbyaan pasar tersebut diduga melibatkan 15 bank raksasa gobal di beberapa tahun yang lalu.
Dan tidak dapat dipungiri fakta atersebut menjadikan taruhan besar akan kredibilitas zona eropa yang sempat memukul kuat Euro. Masalha yang berlarut-larut ini menjadi teakan kekkanan bagi padangan pasar akan kekuatana ekonomi Eropa. Desakan Komisi Eropa pada pemimpin Uni Eropa untuk menawarkan dukungan jelas untuk Yunani sebagai imbalan atas upaya nyata dari Athena untuk menyelesaikan krisis anggaran. Kesepakatan terakhir yang dibuat oleh Uni Eropa adalah pemberian dana sekitar 25 milyar Euro yang disetujui oleh menteri-menteri keuangan Eropa. Namun ha ini tidak serta-merta mendapatkan dukunga yang maksimal dari semua anggota Uni Eropa, salah satunya adalah Jerman yang diwakili oleh Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble. Jerman beranggapan bahwa bantuan dana saja masih merupakan hal yang tidak cukup di tenagh polemic yang berkembang. Jerman juga beropini bahwa resolusi untuk mengeluarkan Yunani dari krisis utang ini bisa disemenggoyang kestabilan mata uang euro dan Eropa pada umumnya. 
Tetapi yang menjadi focus yang harus segera disielesaiakn adalah bila maslah ini tidak segera diselesaikan maka pasar investasi dan juga China serta Amerikaaka yang akan menganggap hal ini sebegai masalah keretakan yang semakin membengkak.
Walaupun terdapat European Monetary Fund yang bisa memberikan bantuan bagi negara anggotanya dalam menghadapi kebangkrutan, nampaknya intervensi yang lebih dari pemangku kebijakan ekonomi Uni Eropa sangat ditunggu-tunggu. Desakan Komisi Eropa pada pemimpin Uni Eropa untuk menawarkan dukungan jelas untuk Yunani sebagai imbalan atas upaya nyata dari Athena untuk menyelesaikan krisis anggaran.
Tekanan yang dihadapi oleh Euro menjadi faktor keuntungan bagi US$. Tercatat bahwa pergerakan US$ menguat setelah Uni Eropa harus berhadapan dengan krisis Yunani. US$ menjadi pilihan para investor untuk menaruh dananya di tempat yang mereka sebut dengan pilihan safe haven currencies atau mata uang yang dinilai lebih aman. Rendahnya suku bunga AS nampaknya tidak menjadi faktor penghalang bagi investor untuk memilih pemindahan aset ke US$. Dalam catatan 2 bulan terakhir ini, carry trade ke US$ nampak sangat mencolok. Kekhawatiran yang begitu besar akan efek global krisis Yunani menjadi salah satu faktor penguatan US$ sebesar 4.9% di tahun ini. Hal ini juga akibat kepercayaan pasar akan prospek pemulihan ekonomi AS.

Prospek bantuan Uni Eropa Vs penguatan US$
Kesepakatan terakhir yang dibuat oleh Uni Eropa adalah pemberian dana sekitar 25 milyar Euro yang disetujui oleh menteri-menteri keuangan Eropa. Dana tersebut diharapkan bisa maksimal untuk bisa memperbaiki ekonomi Yunani dengan fakta bahwa Yunani tidak transparan dalam membeberkan angka defisit dan keuangannya. Masih belum mantapnya persetujuan bantuan tersebut menjadi batu sandungan bagi pulihnya kepercayaan pasar terhadap ekonomi Uni Eropa. Komisi Uni Eropa akan segera membuat 
proposal untuk memperkuat kerjasama ekonomi antara negara-negara Uni Eropa dan 
memperketat pengawasan terhadap kinerja mereka.
Ekspektasi akan langkah bantuan ke Yunani tersebut menjadi faktor pendongkrak Euro. Euro kembali terangkat dari level terendahnya di 1.3442 sejak semester kedua 2009 ke level 1.3795. Tetap berlanjutnya komitmen nyata dari Uni Eropa untuk mengurusi anggotanya yang tengah terpuruk menjadi kunci utama tetap berlanjutnya penguatan Euro. Bilamana tes 1.3747 bertahan dan terus menguat maka target Euro di level 1.4017. Sebaliknya bila level tersebut sulit tertembus maka akan kembali melemah di zona 1.3450.

Selasa, 16 Maret 2010

Euro di tengah Imbas Krisis Yunani


Perhatian pasar terhadap setiap gejolak ekonomi sangat besar, terutama bila menyangkut kemerosotan ekonomi sebuah negara ataupun unifikasi. Berita yang paling hangat beberapa minggu terakhir adalah mengenai membengkaknya angka defisit keuangan Yunani serta beberapa negara Eropa lainnya. Defisit anggaran negara-negara di Eropapun naik tajam sejak tahun 2008. Rasio defisit anggaran Yunani atas produk domestik bruto atau PDB, misalnya, naik dari 3,7 persen tahun 2007 menjadi 7,7 persen tahun 2008 dan 12,7 persen tahun 2009, tahun 2010 diperkirakan akan 9,0 persen.

Walaupun tidak “chain effect” yang besar di pasar keuangan global, namun sempat menaikkan suhu kekhawatiran pasar akan efek yang meluas pada pemulihan ekonomi tahun ini. 
Kegagalan Yunani dalam mengelola ekonominya serta sempat beredarnya berita bahwa Uni Eropa menolak untuk melakukan intervensi pemulihan terhadap ekonomi Yunani menjadi tekanan tersendiri. Namun seiiring berkembangnya tekanan terhadap Uni Eropa dan mata uang Euro, masalah kredibilitas dan nama baik nampaknya menjadi taruhan bagi Zona Eropa. Uni Eropa yang dibangun dengan pondasi yang dikatakan kuat pada kenyataannya kebobolan dengan kegagalan Yunani. Kekhawatiran bahwa utang negara-negara Portugal, Irlandia, Italia, Yunani dan Spanyol mungkin tidak dapat mengembalikan stabilitas keuangan publik. Hal ini menjadi pertanyaan akan kredibilitas zona eropa yang sempat memukul kuat Euro.
Walaupun terdapat European Monetary Fund yang bisa memberikan bantuan bagi negara anggotanya dalam menghadapi kebangkrutan, nampaknya intervensi yang lebih dari pemangku kebijakan ekonomi Uni Eropa sangat ditunggu-tunggu. Desakan Komisi Eropa pada pemimpin Uni Eropa untuk menawarkan dukungan jelas untuk Yunani sebagai imbalan atas upaya nyata dari Athena untuk menyelesaikan krisis anggaran.
Tekanan yang dihadapi oleh Euro menjadi faktor keuntungan bagi US$. Tercatat bahwa pergerakan US$ menguat setelah Uni Eropa harus berhadapan dengan krisis Yunani. US$ menjadi pilihan para investor untuk menaruh dananya di tempat yang mereka sebut dengan pilihan safe haven currencies atau mata uang yang dinilai lebih aman. Rendahnya suku bunga AS nampaknya tidak menjadi faktor penghalang bagi investor untuk memilih pemindahan aset ke US$. Dalam catatan 2 bulan terakhir ini, carry trade ke US$ nampak sangat mencolok. Kekhawatiran yang begitu besar akan efek global krisis Yunani menjadi salah satu faktor penguatan US$ sebesar 4.9% di tahun ini. Hal ini juga akibat kepercayaan pasar akan prospek pemulihan ekonomi AS.

Prospek bantuan Uni Eropa Vs penguatan US$
Kesepakatan terakhir yang dibuat oleh Uni Eropa adalah pemberian dana sekitar 25 milyar Euro yang disetujui oleh menteri-menteri keuangan Eropa. Dana tersebut diharapkan bisa maksimal untuk bisa memperbaiki ekonomi Yunani dengan fakta bahwa Yunani tidak transparan dalam membeberkan angka defisit dan keuangannya. Masih belum mantapnya persetujuan bantuan tersebut menjadi batu sandungan bagi pulihnya kepercayaan pasar terhadap ekonomi Uni Eropa. Komisi Uni Eropa akan segera membuat 
proposal untuk memperkuat kerjasama ekonomi antara negara-negara Uni Eropa dan 
memperketat pengawasan terhadap kinerja mereka.
Ekspektasi akan langkah bantuan ke Yunani tersebut menjadi faktor pendongkrak Euro. Euro kembali terangkat dari level terendahnya di 1.3442 sejak semester kedua 2009 ke level 1.3795. Tetap berlanjutnya komitmen nyata dari Uni Eropa untuk mengurusi anggotanya yang tengah terpuruk menjadi kunci utama tetap berlanjutnya penguatan Euro. Bilamana tes 1.3747 bertahan dan terus menguat maka target Euro di level 1.4017. Sebaliknya bila level tersebut sulit tertembus maka akan kembali melemah di zona 1.3450.

Selasa, 09 Maret 2010

Imbas Krisis Yunani dan Pergerakan US Dollar


Walaupun tidak “chain effect” yang besar di pasar keuangan global, namun sempat menaikkan suhu kekhawatiran pasar yang khawatur akan efek yang meluas pada masdibila pemulihan ekonomi tahun ini.

Perhatian pasar terhadap setiap gejolak perkembangan ekonomi yang ada snagat besar saat ini, terutama bilamana menyangkut berita setiap kemerosotan ekonomi sebuah negara ataupun unifikasi. Berita yang paling hangat beberapa minggu terakhir ini adalah berita mengenai membengkaknya angka defisit keuangan Yunani serta beberapa negara Eropa lainnya. Defisit anggaran negara-negara di Eropa pun naik tajam sejak tahun 2008. 
Rasio defisit anggaran Yunani atas produk domestik bruto atau PDB, misalnya, naik dari 3,7 persen tahun 2007 menjadi 7,7 persen tahun 2008 dan 12,7 persen tahun 2009, tahun 2010 diperkirakan akan 9,0 persen.Kegagalan Yunani dalam mengelola ekonominya serta sempat beredarnya berita bahwa Uni Eropa menolak untuk melakukan intervensi pemulihan terhadap ekonomi Yunani, Namun seiirig berkembnagnya tekanan terhadap Uni Eropa dan tekanan yang dihadapi oleh mata uang Euro. Masalah kredibilitas dan nama baik nampaknya menjadi taruha bagi Zona Eropa. Uni Eropa yang dibangun dengan pondasi yang dikatakan kuat pada kenyataannya kebobolan dengan kegagalan keuanga Yunani tersebut. Kekhawatiran bahwa utang negara-negara Portugal, Irlandia, Italia, Yunani dan Spanyol mungkin tidak dapat mengembalikan stabilitas keuangan publik mereka dan jadi mempertanyakan kredibilitas zona euro sempat memukul kuat Euro.
Walaupun terdapat European Monetary Fund yang bisa memberikan bantuan bagi negara anggotanya dalam menghadapi kebangkrutan nampaknya Intervensi yang lebih dari pemangku kebijakan ekonomi Uni Eropa sangat ditunggu-tunggu. Desakan Komisi Eropa pada pemimpin Uni Eropa untuk menawarkan dukungan jelas untuk Yunani sebagai imbalan atas upaya nyata dari Athena untuk menyelesaikan krisis anggaran, mengesampingkan perlunya bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Tekanan yang dihadapi oleh Euro menjadi factor keuntungan bagi US$. Tercatat pergerakan US$ menguat setelah Uni Eropa harus berhadadapan dengan krisis Yunani. US$ menajdi pilihan para inveor untuk menaruh dananya di tempat yang mereka sebut dengan pilihan safe haven currencies atau mata uang yang dinilai lebih aman. Rendake Uhnya suku bunga AS nampaknya tidak menajdi factor penghalang bagi investor untuk memilih pemindahan asset ke US$. Dalam catatan 2 bulan terakhir ini, carry trade ke US$ namoak sangat mencolok. Kekhawatiran yang begitu besar akan efek global krisi tersbut menjadi salah satu factor penguatan US$ sebesar 4.9% di tahun ini. Hal ini selain factor kepercayaan pasar akan prospek pemulihan ekonomi AS.

Prospek bantuan UNi Eropa Vs penguatan US$
Kesepakatan tarkahir yang dibuat oleh UNi Eropa adalah kesepakatan akan rencana pemberian dana sekitar 25 milyar Euro yang disetuji oleh meneteri-mneteri keuangan Eropa. Dana tersebut diharapakn bisa maksimal untuk bisa memperbaiki ekonomi Yunani dengan fakata bahwa Yunani tidak transaparan dalam membeberkan angka defisit dan keuanawal gannya. Masih belum mantapya persetujuan bantuan tersebit menajdi batu sandungan bagi pulihnya kepercayaan pasar terhadap investasi di Uni Eropa. Komisi UE akan segera membuat 
proposal untuk memperkuat kerjasama ekonomi antara negara-negara UE dan 
memperketat pengawasan terhadap kinerja mereka
Ekspektasi akan langkah bantuan ke Yunani terssebut manjadi faktir pendongkrak Euro. Euro kembali terangakt dari level terndahnya di 1.3442 sejak semester 2009 ke level 1.3795. Tetap berlanjunya komitmen yang nyata dari Uni Eropa untuk mengurusi anggotana yang tengah terpuruk menjadi kunci utama tetap berlanjutnya penguatan Euro. 
Euro terhadap dollar 2009 bergerak dalam range trading 1.2455-1.5154 jika dibandingkan dengan nilai tertingginya, untuk level saat ini di kisaran 1.4300. Penguatan sebesar 21.6% tahun 2009. Kemungkinan pelemahan ke garis 38.2% fibbonanci 2009 di 1.4155 bila tembus ke 50% di 1.3796. Sampai kuartal pertama pelemahan dengan target di garis 50% ketika pasar tengah menilai langkah awal kinerja ekonomi 2010.

Selasa, 02 Maret 2010

Persiapan Manajemen Transaksi


Never invest in any idea if you can't illustrate with a crayon. ~Peter Lynch


Sebelum melakukan sebuah peperangan maka seorang jenderal harus mempunyai strategi untuk bisa mengalahkan musuhnya. Hal ini juga berlaku juga dalam dunia perdagangan berjangka karena persentase terbesar dari kesuksesan seorang trader berkaitan dengan strategi dan psikologi trader itu sendiri. Kemampuan dalam menganalisa baik analisa teknikal dan fundamental tanpa didukung oleh strategi transaksi dan psikologi yang kuat maka dapat dipastikan seorang trader itu termasuk dalam golongan Loosing trader. 
Perdagangan pasar berjangka dimana “High Risk-High Return” adalah sebuah kemungkinan yang dihadapi dalam setiap keputusan yang diambil. Seperti pembahasan saya pada artikel minggu lalu mengenai pembahasan pengelolaan transaksi. Transaksi perdagangan berjangka akan tetap menarik ditengah gencarnya pencarian instrument investasi sebagai cara diversifikasi portofolio. 

Perbedaan yang cukup tinggi antara tingkat return atau imbal hasil dengan produk perbankan misalnya, deposito berjangka waktu satu bulan memberikan bunga rata-rata 6% perbulan. Itupun masih belum dilakukan pemotongan pajak sebesar 20%. Sedangkan pada aktivitas transaksi berjangka akan mempunyai imbal hasil yang sangat jauh lebih tinggi (tentunya dengan resiko yang ada serta manajemen transaksi pasar). Transaksi berjangka bisa memberikan kemungkinan return 100% atau lebih. Namun tentunya para trader juga tidak melupakan setiap kemungkinan resiko yang ada dari setiap transaksi yang dilakukan. 

Faktor kesiapan dalam bertransaksi berjangka ini dapat kita lihat dari: 
1. Transaksi berjangka membutuhkan proses pembelajaran, pelatihan, serta review sistem transaksi 
2. Transaksi berjangka merupakan proses bisnis 
3. Transaksi berjangka membutuhkan pengaturan dari setiap transaksi, termasuk di dalamnya penentuan manajemen transaksi 
4. Kesiapan psikologis dari seorang trader menjadi faktor yang sangat penting. Alexander Elder dalam bukunya “Trading for a living” mengungkapkan bahwa keputusan transaksi mempunyai probabilitas 20% methodology dan manajemen keuangan, sedangkan porsi terbesar yaitu 70%-nya adalah psikologi trader itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan kesiapan mental dan disiplin transaksi.

Market Update
Pasar tengah mengamati perkembangan kasus defisit Yunani yang menjadi sebuah faktor tertekannya mata uang Eropa. Meski pejabat Uni Eropa menyatakan akan membantu Yunani dalam menyelesaikan masalahnya, akan tetapi kekuatiran pelaku pasar tidak bisa dihindari yang dibayang-bayangi krisis sebelumnya. Sementara US$ terus menunjukkan taringnya dan cenderung menguat di tengah aksi pencarian US$ sebagai mata uang lindung nilai atau safe haven currency.
Menguatnya US$ ini juga berimbas terhadap poundsterling. Poundsterlingsempat tertekan hingga ke level terendahnya sejak tengah semester 2009. Target Poundsterling apabila terus tertekan akan mencoba menembus level 1.4860-an. Sedangkan untuk mata uang EURUSD juga tengah menghadapi tekanan besar yang diakibatkan oleh kekuatiran akan masalah defisit anggaran yang dialami Yunani dan negara di eropa lainnya, bahkan euro sempat tertekan terhadap US$ hingga ke level terendahnya sejak pertengahan semester 2009 lalu. Target EURUSD apabila terus tertekan akan mencoba menembus level 1.3400-an.