Jika pembaca mengamati pergerakan mata uang Euro beberapa waktu ini, maka yang mungkin timbul dalam benak pembaca adalah apakah mata uang Euro ini akan terus dapat dipertahankan?
Dan inilah yang menjadi hal yang menarik yaitu pihak Bank Sentral Amerika dan Bank Sentral Inggris yang mempertahankan kebijakan moneter yang longgar dengan tujuan agar perluasan kredit tetap berkembang, namun pilihan tersebut nampaknya tidak jatuh pada Bank Sentral Eropa (ECB). Skenario tersebutlah yang akhirnya menjadi pilihan dari kesepakatan Uni Eropa untuk memberikan dana talangan sebesar 750 milyar Euro atau US$ 938 milyar yang ditujukan untuk penyelamatan zona Euro. Fakta memperlihatkan rasio hutang yang terlalu besar dari beberapa anggota Euro. Yunani mencatatkan rasio defisit anggaran 13.5%, Spanyol 11.2%, dan Portugal 9.4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Level tersebut jauh melampaui batasan rasio defisit yang ditetapkan oleh Uni Eropa sebesar 3%.
Namun perkembangan ekonomi Uni Eropa-pun tidak kunjung mengalami perbaikan nyata. Beberapa waktu lalu, pasar kembali dikejutkan oleh proyeksi resiko pembengkakan defisit Hungaria. Menteri Luar Negeri Hungaria, Mihaly Vega, sempat mengeluarkan pernyataan yang membuat panik pasar. Pernyataannya bahwa estimasi defisit Hungaria tahun ini bisa mencapai 7,8%. Hal ini menyumbangkan arus kepanikan pasar di tengah masih hangatnya kasus defisit Yunani. Bila proyeksi angka tersebut tercapai maka Hungaria akan menjadi salah satu negara Uni Eropa yang masuk dalam daftar negara gagal bayar hutang. Tanggapan dari pejabat moneter Hungaria yang menegaskan bahwa target defisit Hungaria akan tercapai 3.8% pada tahun ini.
Fakta di Irlandia tampak lebih buruk lagi. Dublin berjuang untuk menjaga defisit anggaran dari hampir 12% dari PDB telah mengangkat kekhawatiran tentang apakah pemerintah masih mampu untuk menutup utang besar dari bank-bank Irlandia. Banyaknya fakta yang terkuak terhadap resiko hutang bank besar dibandingkan dengan PDB meningkatkan kekhawatiran akan beberapa negara zona euro lainnya, termasuk Luksemburg, Belgia, Belanda, Austria, dan Swedia. Buruknya keadaan ekonomi Uni Eropa berbeda dengan keadaan ekonomi Inggris dan AS. Penyebab pelemahan ekspansi ekonomi dari masing-masing negara Uni Eropa berbeda, dan hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Uni Eropa.
Pilihan untuk mengeluarkan negara yang mengalami defisit berlebih nampaknya bukan pilihan yang menarik. Bilamana hal tersebut dilakukan maka akan menyebabkan semakin buruknya pandangan investor akan iklim investasi Eropa. Fakta ekonomi Uni Eropa saja telah menyebabkan aksi investor untuk hindari semua aset berdenominasi Euro. Mata uang tunggal tersebut terjun bebas ke level terendahnya dalam 4 tahun terakhir ini.
Investor yakin krisis Euro akan berkepanjangan sehingga akibatkan arus modal keluar ke aset yang dinilai safe haven. Aset seperti US$, obligasi US$, dan emas nampaknya menjadi pilihan investor. Sentimen Euro yang sempat berkembang menjadi mata uang pengganti US$ semakin memudar. Apakah Euro akan dapat meraih kursi kehormatannya lagi atau malah sebaliknya? Kita lihat…
Market Update
Euro dalam sepekan kedepan diperkirakan akan dikisaran 1.1945 -1.2410 dengan level support di 1.2035 dan resistance di 1.2265. Sementara itu sektor komoditi dalam pekan ini diperkirakan emas akan bergerak dikisaran range level US$ 1250.45 - 1198.00 per troy ons dengan level support dikisaran US$1222.15 per troy ons dan resistance dikisaran US$1240.35 per troy ons, sedangkan untuk minyak mentah pada sepekan kedepan diperkirakan akan bergerak dikisaran level US$ 69.10 - 77.85 per barrel dengan level support US$72.68 dan resistance di US$ 76.45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar