Selasa, 25 Agustus 2009

Masih Akan Meningkatkah Emas?

Selama ribuan tahun, emas telah dinilai sebagai mata uang global, suatu komoditi, suatu investasi serta sebagai sarana subyek keindahan. Dalam beberapa tahun ini dimana terlihat rally harga emas yang berkelanjutan serta didukung oleh fakta bahwa pasokan melebihi permintaan secara konsisten, jelas merupakan faktor positif dalam kemungkinan kenaikan harga emas dalam jangka waktu menengah dan panjang.
Krisis ekonomi global yang mengguncangkan semua lini ekonomi dunia, tidak terhindarkan negara-negara besar yang notabene mempunyai cadangan keuangan yang lebih kuat daripada negara berkembang juga terkena dampaknya. Keadaan sedemikian rupa yang seakan-akan menyempitkan ruang investasi. Sebuah hal yang membuat setiap orang berpikir seribu kali dalam berinvestasi. Lain halnya ketika roda laju perekonomian dalam taraf yang sehat, tidak adanya gejolak keuangan maka pasar modal menjadi pilihan cepat untuk mengejar keuntungan. Tapi ketika resesi, (terlebih bila pembaca melihat fakta resesi yang baru-baru terjadi di awal Oktober 2008 yang lalu), saham tidak lagi menjadi pilihan yang tepat untuk investasi jangka panjang. Sekarang orang cenderung untuk beralih ke investasi yang lebih aman. Fakta yang ada, emas adalah salah satu instrumen yang diburu saat kondisi ekonomi memburuk untuk mengamankan investasi karena harganya cenderung stabil atau menjadi instrumen hedging atau lindung nilai kala ekonomi membaik untuk melindungi investasi dari lonjakan inflasi. Menurut penulis, berikut beberapa alasan mengapa emas adalah sarana investasi yang sangat baik. Seiring dengan berkembangnya waktu, emas telah mewakili sebuah investasi yang sangat baik yang memegang nilai riil. Bila kita analisa dengan cermat, emas dapat dikatakan selalu bergerak meningkat selama periode inflasi tinggi dan ketidakstabilan keuangan. Hal ini bagaikan analogi pasokan terbatas emas yang tidak dapat dicetak untuk membiayai defisit pengeluaran pemerintah.
Oleh sebab itu emas adalah sarana lindung nilai yang sangat baik terhadap inflasi dan deflasi atau keruntuhan keuangan.
Dalam beberapa bulan ini pergerakan emas dipengaruhi faktor-faktor besar antara lain penurunan nilai mata uang dollar AS, perubahan cadangan devisa, perubahan gaya investasi terhadap aset berisiko serta tidak, dan kekhawatiran pada inflasi.
Di sisi lain, the Fed akan tetap menjaga target untuk suku bunga di kisaran level 0 - 0.25% dan akan terus mengantisipasi kondisi ekonomi untuk menjamin bahwa tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral amerika ini akan bertahan dalam beberapa periode kedepan. The Fed juga menyatakan bahwa perekonomian amerika serikat sudah menunjukkan adanya tanda-tanda keluar dari fase terburuk krisis financial yang telah berlangsung dalam dua tahun terakhir. The Fed juga terlihat memperpanjang periode pembelian untuk treasury bond (surat hutang/obligasi negara) yang seharusnya berakhir September menjadi Oktober. Pandangan ekonomi the Fed cukup positif untuk pasar namun menyisakan sedikit keraguan melalui perubahan jadwal program pembelian obligasi the Fed.
Setelah pertemuan the Fed yang terakhir yang lalu, pergerakan emas merangkak naik di atas $950 per troy ons setelah sebelumnya sempat berada di level $940 per troy ons. Tingkat keoptimisan yang tinggi terhadap pemulihan ekonomi terlihat pada terdorongnya kembali transaksi yang mengandung resiko termasuk di komoditi.
Dari faktor ekonomi yang ada beberapa waktu ini, penulis melihat kemungkinan yang lebih besar bagi emas untuk dapat terus bergerak pada level diatas $ 900 per troy ounce. Faktor pemicu pertama adalah minat pasar terhadap pasar komoditi yang masih tinggi. Ditengah pemulihan ekonomi yang masih nampak abstrak ini emas masih punya kemungkinan besar untuk meningkat. Faktor kedua adalah kekuatan nilai tukar dollar Amerika yang belum mempunyai motor yang kuat untuk kembali menguat secara signifikan, terlebih dengan rendahnya tingkat suku bunga yang diputuskan oleh the Fed. Selain itu faktor kekhawatiran masyarakat akan meningkatnya kembali level inflasi juga menjadi faktor pendorong tersendiri bagi penguatan level emas.
Penulis melihat dari sisi fundamental emas masih memiliki peluang untuk kembali meningkat atau paling tidak bertahan di atas level $900 per troy ounce. Ketidakpastian arah perbaikan ekonomi, semakin meningkatnya optimisme pasar terhadap aset beresiko serta meningkatnya kekhawatiran akan inflasi serta peningkatan harga komoditas lainnya seperti minyak yang kembali meningkat ke level 70an dollar per barrel. Terlebih bilamana terjadi peningkatan suhu eksalasi politik maka peluang emas untuk kembali meningkat akan jauh lebih besar.

Selasa, 11 Agustus 2009

Outlook Suku Bunga the Fed di tengah arus recovery

Minggu ini otoritas kebijakan keuangan Amerika Serikat atau the Fed akan mengadakan pertemuannya dan mengumumkan kebijakan keuangannya, terutama yang berhubungan dengan keputusan akan tingkat suku bunga Amerika. Perlu diketahui ada saat ini tingkat US rate berada pada level 0.25%.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah tingkat suku bunga yang telah dipertahankan the Fed dalam beberapa bulan ini akan dinaikkan?
Beberapa fakta yang menjadi pertimbangan otoritas keuangan Amerika adalah masih adanya beberapa data ekonomi mayor Amerika yang dinilai masih dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner mengungkapkan bahwa defisit perdagangan AS mencapai puncaknya sebesar 1 trilyun dollar AS atau 12% dari produk domestik bruto Amerika Serikat dalam jangka waktu sembilan bulan tahun anggaran 2009 ini. Hal ini juga merupakan kali pertamanya ini terjadi sehingga mengembangkan kemungkinan untuk dapat membengkak ke level 2 trilyun dollar AS. Fakta tersebut semakin memberikan kekhawatiran kekuatan ekonomi Amerika untuk bisa keluar dari krisis yang melanda Terlebih dengan adanya kemungkinan data ekonomi mayor seperti defisit anggaran Amerika yang diperkirakan mencapai sekitar 1.8 trillyun dollar AS atau sekitar 13% dari tingkat Pendapatan Bruto Amerika Serikat. Tingkat defisit yang membengkak tersebut disebabkan oleh karena kebutuhan yang besar yang diperlukan pemerintah AS untuk membiayai sejumlah kebutuhan dalam masa resesi. Kebutuhan tersebut juga membengkak dengan adanya kebijakan penurunan pajak oleh pemerintahan presiden Obama.
Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa defisit pada bulan Juni total 94,3 miliar dollar AS, mendorong kenaikan tingkat defisit sejak tahun anggaran dimulai pada bulan Oktober menjadi 1,09 triliun dollar AS. Terdapat perkiraan bahwa defisit untuk keseluruhan tahun dimungkinkan besar akan menyentuh level 1,84 triliun dollar AS pada bulan Oktober tahun ini. Perkiraan tersebut merupakan defisit terbesar sejak depresi besar di awal tahun 1940.
Membengkaknya level pengeluaran pemerintah Amerika memang dibutuhkan untuk menangani krisis keuangan global ini. Krisis keuangan yang terburuk sejak masa the Great Depression dan dimana juga terdapat tingkat pengangguran yang telah naik ke 9,5 persen.

Dalam kebijakannnya, pemerintah Amerika telah melakukan beberapa kebijakan menanggapi krisis yang terjadi. Kongres Amerika sudah menyetujui sebesar 700 miliar dollar dana stimulus untuk keuangan bank, automakers dan sektor lain, dan 787 miliar dollar paket rangsangan ekonomi untuk peningkatan laju roda perekonomian. Terlebih mengingat beberapa perusahaan raksasa Amerikapun mengalami kemunduran produksi bahkan beberapa diantaranya mengumumkan kebangkrutan.
Tingkat suku bunga Amerika dimulai sejak 18 September 2007, telah diturunkan levelnya dari 5.25% ke level 4.75%. Kebijakan cut rate tersebut juga terus dilanjutkan dalam beberapa pertemuan the Fed selanjutnya. Seiring dengan penilaian the Fed bahwa cut rate diperlukan demi menekan deflasi dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Amerika. Sampai pada 16 Desember 2008 the Fed memutuskan untuk menurunkan level suku bunganya ke level 0.25%.
FOMC meeting atau pertemuan tingkat tinggi dari pejabat-pejabat bank sentral Amerika dimana the Fed akan mengadakan pertemuannya pada hari Selasa dan Rabu ini. Dan tepatnya pada Kamis dinihari akan mengumumkan hasil pertemuannya. Proyeksi terakhir diekspektasikan pasar bahwa the Fed untuk tetap mempertahankan level suku bunganya pada range 0.00% sampai 0.25%.
Baiknya data ekonomi dari sektor tenaga kerja yang dirilis pada minggu lalu juga telah meningkatkan spekulasi bahwa pembuat kebijakan moneter Amerika akan mulai mengetatkan kebijakan keuangannya pada awal tahun depan. Yang artinya adalah kemungkinan bagi the Fed untuk berfokus pada inflasi dan menaikkan tingkat suku bunganya.
Dari data tingkat tenaga kerja Amerika terdapat pemotongan hubungan kerja sebesar 247.000 tenaker pada bulan Juli berada di bawah perkiraan analis sebelumya. Tingkat pengangguran juga membaik kel level 9.4% dari 9.5%. Kedua berita positif tersebut menandakan adanya aktivitas ekonomi Amerika yang cukup stabil dan menunjukkan estimasi positif akan membaiknya masa resesi ekonomi.
Beberapa analis memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga AS pada pertemuan minggu ini, namun menurut penulis hal ini masih terlihat cukup prematur untuk diputuskan. Walaupun beberapa data ekonomi Amerika menunjukkan perbaikan dalam beberapa minggu ini, namun proses recovery ekonomi merupakan proses yang masih akan cukup panjang. Hal ini juga menilik pernyataan ketua Bank Sentral Amerika, Ben Bernanke, bahwa perekonomian Amerika masih rentan dan perlu menjadi perhatian bagi the Fed untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunganya.
Yang kemungkinan menjadi fokus perbaikan ekonomi Amerika akan beralih kepada stabilisasi ekonomi pada tingkat konsumen, hal ini disebabkan tingkat konsumen menyumbangkan dua pertiga dari tingkat ekonomi Amerika.