Selasa, 16 Maret 2010

Euro di tengah Imbas Krisis Yunani


Perhatian pasar terhadap setiap gejolak ekonomi sangat besar, terutama bila menyangkut kemerosotan ekonomi sebuah negara ataupun unifikasi. Berita yang paling hangat beberapa minggu terakhir adalah mengenai membengkaknya angka defisit keuangan Yunani serta beberapa negara Eropa lainnya. Defisit anggaran negara-negara di Eropapun naik tajam sejak tahun 2008. Rasio defisit anggaran Yunani atas produk domestik bruto atau PDB, misalnya, naik dari 3,7 persen tahun 2007 menjadi 7,7 persen tahun 2008 dan 12,7 persen tahun 2009, tahun 2010 diperkirakan akan 9,0 persen.

Walaupun tidak “chain effect” yang besar di pasar keuangan global, namun sempat menaikkan suhu kekhawatiran pasar akan efek yang meluas pada pemulihan ekonomi tahun ini. 
Kegagalan Yunani dalam mengelola ekonominya serta sempat beredarnya berita bahwa Uni Eropa menolak untuk melakukan intervensi pemulihan terhadap ekonomi Yunani menjadi tekanan tersendiri. Namun seiiring berkembangnya tekanan terhadap Uni Eropa dan mata uang Euro, masalah kredibilitas dan nama baik nampaknya menjadi taruhan bagi Zona Eropa. Uni Eropa yang dibangun dengan pondasi yang dikatakan kuat pada kenyataannya kebobolan dengan kegagalan Yunani. Kekhawatiran bahwa utang negara-negara Portugal, Irlandia, Italia, Yunani dan Spanyol mungkin tidak dapat mengembalikan stabilitas keuangan publik. Hal ini menjadi pertanyaan akan kredibilitas zona eropa yang sempat memukul kuat Euro.
Walaupun terdapat European Monetary Fund yang bisa memberikan bantuan bagi negara anggotanya dalam menghadapi kebangkrutan, nampaknya intervensi yang lebih dari pemangku kebijakan ekonomi Uni Eropa sangat ditunggu-tunggu. Desakan Komisi Eropa pada pemimpin Uni Eropa untuk menawarkan dukungan jelas untuk Yunani sebagai imbalan atas upaya nyata dari Athena untuk menyelesaikan krisis anggaran.
Tekanan yang dihadapi oleh Euro menjadi faktor keuntungan bagi US$. Tercatat bahwa pergerakan US$ menguat setelah Uni Eropa harus berhadapan dengan krisis Yunani. US$ menjadi pilihan para investor untuk menaruh dananya di tempat yang mereka sebut dengan pilihan safe haven currencies atau mata uang yang dinilai lebih aman. Rendahnya suku bunga AS nampaknya tidak menjadi faktor penghalang bagi investor untuk memilih pemindahan aset ke US$. Dalam catatan 2 bulan terakhir ini, carry trade ke US$ nampak sangat mencolok. Kekhawatiran yang begitu besar akan efek global krisis Yunani menjadi salah satu faktor penguatan US$ sebesar 4.9% di tahun ini. Hal ini juga akibat kepercayaan pasar akan prospek pemulihan ekonomi AS.

Prospek bantuan Uni Eropa Vs penguatan US$
Kesepakatan terakhir yang dibuat oleh Uni Eropa adalah pemberian dana sekitar 25 milyar Euro yang disetujui oleh menteri-menteri keuangan Eropa. Dana tersebut diharapkan bisa maksimal untuk bisa memperbaiki ekonomi Yunani dengan fakta bahwa Yunani tidak transparan dalam membeberkan angka defisit dan keuangannya. Masih belum mantapnya persetujuan bantuan tersebut menjadi batu sandungan bagi pulihnya kepercayaan pasar terhadap ekonomi Uni Eropa. Komisi Uni Eropa akan segera membuat 
proposal untuk memperkuat kerjasama ekonomi antara negara-negara Uni Eropa dan 
memperketat pengawasan terhadap kinerja mereka.
Ekspektasi akan langkah bantuan ke Yunani tersebut menjadi faktor pendongkrak Euro. Euro kembali terangkat dari level terendahnya di 1.3442 sejak semester kedua 2009 ke level 1.3795. Tetap berlanjutnya komitmen nyata dari Uni Eropa untuk mengurusi anggotanya yang tengah terpuruk menjadi kunci utama tetap berlanjutnya penguatan Euro. Bilamana tes 1.3747 bertahan dan terus menguat maka target Euro di level 1.4017. Sebaliknya bila level tersebut sulit tertembus maka akan kembali melemah di zona 1.3450.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar