Selasa, 06 Juli 2010

Tekanan Laju Pertumbuhan Cina



Sebagai negara pertama yang menyatakan diri keluar dari resesi finansial, Cina menjadi negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang paling kuat. Dari catatan, pertumbuhan ekonomi Cina sempat mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi diatas dua digit. Cina mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 9% selama kuartal 1/2010 dibandingkan dengan kuartal 1/2009. Ekonomi Cina melesat saat negara lain masih berjuang dengan pertumbuhan satu digit. China berhasil membukukan angka pertumbuhan di atas proyeksi sejumlah ekonom. Bahkan begitu banyak analis memproyeksikan ekonomi Cina akan tumbuh 11,7%. 

Namun di tengah tingkat pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan pasar tersebut juga tersembunyi kecemasan pemerintah Cina akan tingginya laju pertumbuhan ekonomi mereka. Percepatan pertumbuhan ekonomi China yang mencapai level tertinggi dalam 3 tahun selama kuartal 1/2010 mengisyaratkan resiko ekonomi yang telalu panas (overheating). Risiko overheating pada perekonomian Cina ini mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran kebijakan terkait dengan mata uang yuan. Hal ini nampak sejalan dengan tekanan yang bertubi-tubi diberikan oleh pemerintah AS akan pelonggaran kebijakan pemerintah Cina untuk membiarkan mata uang Cina menguat sesuai dengan pasar. 
Dalam beberapa tahun terakhir ini Peg nilai tukar yuan terhadap US$ dikritisi oleh banyak mitra dagang Cina. Peg dinilai hanya menguntungkan ekspor Cina disaat ekonomi global masih lesu dan pengangguran terus meningkat akibat krisis keuangan global. Pandangan perlunya Cina untuk membiarkan mata uangnya terevaluasi ini selain dari AS, juga mendapat respon positif dari Menteri Keuangan Australia Wayne Swan. Pengalaman dunia akan krisis finansial telah memaksa akan terciptanya kebijakan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, termasuk reformasi struktural, untuk memastikan pertumbuhan global yang kuat dan berkeseimbangan. Ekonom memprediksi pelonggaran nilai tukar yuan ini akan mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,1% pada tahun ini dan tahun depan. Sejak pertengahan juni yang lalu, mata uang yuan mencatat kenaikan pertama kali sejak revaluasi pada Juli 2005. Hal ini mendapat tanggapan positif pasar walaupun Cina nampaknya tidak akan membiarkan mata uang Cina menguat lebih dari 0.5% terhadap mata uang US$.
Hal lain yang menarik dari data ekonomi Cina adalah tingginya inflasi Cina dimana mencapai 3.1% yang adalah level inflasi tertinggi Cina dalam 16 bulan terakhir ini. Hal ini memaksa Cina untuk memperlambat ekspansi manufakturnya. Penurunan angka ekspansi ini juga sempat menjadi faktor penekan harga minyak dunia.

Market Update
Hangseng dalam sepekan kedepan diperkirakan akan bergerak cenderung positif dikisaran 20450 -19365 dengan level support di 19650 dan resistance di 20165. Sementara itu sektor komoditi dalam pekan ini diperkirakan masih akan bergerak dalam trend negative, terutama minyak, yang diperkirakan akan bergerak dikisaran level US$77.00 – 68.00 per barrel dengan level support dikisaran US$70.35 per barrel dan resistance dikisaran US$74.10 per barrel, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar