Senin, 02 November 2009

Arah Kekuatan Dollar Penghujung Tahun



“The world is changing, and the dollar is losing its status. If you have a 5- year or 10-year view about the dollar, it should be for a weaker currency.” Kurang lebih sekitar 58 hari lagi penghujung tahun 2009 akan segera dilewati. Bagaimana dollar Amerika akan menutup buku pada tahun ini.
Dollar, mata uang yang telah menjadi currency global dalam beberapa dekade terlihat sempoyongan menghadapi arus pelemahan sektor financial dan kekuatan mata uang lainnya.

Sebesar 38 persen dari asset keuangan Amerika mengalami penurunan dari tingkat 63 persen tingkat rata-ratanya sejak tahun 1999. Kekuatan mata uang dollar Amerikapun terlihat melemah secara signifikan sejak kebijakan keuangan yang diambil oleh pemerintah Amerika untuk menjual obligasinya guna membiayai deficit keuangan yang terus-menerus membengkak sebesar 1.4 milyar dollar Amerika pada anggaran 2009 ini. 

Analisa Standard and Poors akan kemungkinan penurunan tingkat hutang dan defisit dari keuangan Amerika nampaknya tidak mengubah sentiment negative akan dollar. Fakta memperlihatkan beberapa negara mulai memindahkan cadangan devisanya dalam bentuk selain dollar Amerika. Di awal tahun 2009 sekitar 47,5 persen asset dari Bank Sentral Rusia telah didasarkan pada Euro, sedangkan lainnya terdiri atas 41,5 persen berbasis pada dollar Amerika. Situasi ini sama sekali berbeda pada awal tahun sebelumnya dimana 47 persen dari investasi yang dicadangkan dalam dolar AS, sementara investasi berada 42 persen. Selebihnya pemerintah Rusia menempatkan cadangan keuangannya dalam bentuk poundsterling Inggris, yen Jepang dan Swiss Franc. Kebijakan tersebut dimulai juga pada awal Oktober 2008 lalu ketika krisis finansial mulai menggoncangkan sektor financial yang bersumber dari kegagalan sector kredit serta dipicu oleh mulai meningkatnya harga minyak dari 50 dollar per barrel hingga menyentuh harga tertingginya di 147.37 dollar per barrel.
Poundsterling juga sempat menjadi currency kedua yang diminati selain dollar Amerika. Namun hal kekuatan poundsterling tidak dapat bertahan lama sejak beberapa kebijakan luar negeri Inggris yang kurang begitu berdampak baik bagi sentiment pasar. Tidak menutup kemungkinan hal ini dapat juga terjadi pada dollar Amerika. Faktor dari semakin membengkaknya defisit keuangan pada masa pemerintahan Bush dan kegagalan kredit yang terus menerus melemahkan posisi perekonomian Amerika. Hal ini juga masih nampak berpengaruh kuat pada masa pemerintahan Obama ini. Berbagai argument dan analisa akan kemungkinan mata uang alternatif yang dinilai cukup stabil yang menggantikan dollar Amerikapun kian muncul di permukaan. 
Fokus pasar tertuju pada outlook suku bunga bank sentral Amerika setelah dalam beberapa pertemuannya the Fed mempertahankan suku bunganya pada level 0.25 persen atau mendekati level nol persen. Terlebih setelah traumatic pasar setelah kegagalan kredit yang sempat membawa kerontokan dari Wallstreet dan mempailitkan perusahaan-perusahaan raksasa Amerika.
Walaupun beberapa pejabat bank sentral Amerika menyatakan keoptimisan akan kembali pulihnya ekonomi Amerika, nampaknya pasar belum begitu menaruh kepercayaan di asset berbasis dollar Amerika. Indikasi telah ekonomi Amerika dari resesi terdalam sejak great depression tahun 1930-an yang dibuktikan dengan meningkatnya serangkaian data fundamental ekonomi Amerika nampaknya tidak cukup untuk meyakinkan investor terhadap outlook suku bunga the Fed. Dari beberapa pertemuan terakhir juga the FED juga tidak menampilkan pernyataan yang kuat akan pulihnya ekonomi Negara paman Sam tersebut. 
Rilisan beberapa data ekonomi Amerika terlihat membaik, namun data yang masih dalam level yang mengkhawatirkan adalah sector tenaga kerja; tingkat pengangguran di Amerika membengkak ke level tertinggi selama 26 tahun sebesar 9.8% dan diperkirakan akan menyentuh angka 10% pada akhir tahun ini. Membengkaknya pengangguran tidak lain adalah efek rantai dari banyak perusahaan yang mengalami kegagalan akibat krisis kredit yang lampau. Data ini merupakan salah satu data sensitif yang akan menjadi tolak ukur penilaian pasar terhadap kekuatan ekonomi Amerika.

Dollar versus risk appetite
Akibat dari keputusan FED yang tetap mempertahankan level suku bunganya di level rendah tersebut akan semakin memperbesar kemungkinan dari aliran investasi keuangan Amerika yang kemudian dialihkan ke asset-aset atau mata uang yang mempunyai imbal balik yang lebih tinggi. Berkembangnya outlook pemulihan ekonomi global semakin meningkatkan minat investor terhadap perdagangan beresiko. Kembali menguatnya indeks Wall Street yang menguat ditopang oleh optimisme terhadap laporan keuntungan kuartal ketiga perusahaan-perusahaan Amerika menjadi gambaran akan pengalihan dari investasi risk aversion ke risk appetite seperti saham dan komoditi.
Contoh mudah adalah perbedaan imbal hasil Surat Hutang Negara (SUN) domestik Indonesia dan US Treasury yang masih merupakan imbal hasil tertinggi di kawasan Asia. Juga spread US rate dan suku bunga Indonesia misalnya yang berada di atas 5 persen menjadi alasan investor mengalihkan asset keuangannya dari dollar.
Beberapa analisa menggambarkan kemungkinan pelemahan dollar akan mengalami rebound bilamana Fed mulai menghentikan suku bunga yang mendekati 0 persennya. Seperti terlihat pada tahun 1990an, Investor sempat menghindari asset yang berbasis dollar Amerika. Ketika itu dolar Amerika terjungkal melemah ke level terendahnya sejak pasca perang dunia II di 79.75 terhadap Yen di April 19, 1995 di tengah perhatian pasar akan kebijakan FED yang tidak segera menaikkan suku bunga di tengah meningkatnya inflasi saat itu. 
Level harga minyak yang berada di new high 81.48 dollar per barrel menjadi tekanan tersendiri, bahkan dengan emas yang berada di 1070.50 dollar per troy ounce akan menjadi factor penekan terhadap dollar Amer. 
Dan inilah yang akan menjadi tantangan bagi pemerintahan Obama dalam mempertahankan kekuatan ekonomi Amerika pada penghujung tahun ini. Terlebih mengingat kebiasaan pola level harga minyak yang menguat di masa musim dingin akhir tahun yang akikaan berefek rantai bagi kontraksi dollar, maka tidak menutup kemungkinan dollar Amerika akan semakin terpuruk terhadap beberapa mata uang mayor lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar