Selasa, 10 November 2009

Ancang-ancang Meroketnya Emas



Dalam beberapa bulan ini rally harga emas yang didukung oleh fakta tekanan data ekonomi yang seolah-oleh mengkonfirmasi kenaikan harga emas. Hal ini jelas merupakan faktor positif dalam kemungkinan kenaikan harga emas dalam jangka waktu menengah dan panjang.
Pada sesi perdagangan Jumat, 6 November yang lalu level harga kontrak berjangka emas menembus level tertinggi sepanjang masa dengan menyentuh harga di US$1.100.70 per ounce (1 ounce=31.103gram).

Level kontrak harga emas berjangka pada tahun ini telah mengalami kenaikan 37.26% dari level terendahnya awal tahun di US$ 801.90 per ounce. Grafik pergerakan emas terlihat trend kenaikan yang cukup kuat pada tahun ini di tengah ketidakpastian pasar akan pemulihan ekonomi sejak krisis financial tahun lalu. 

Rekor harga emas yang tercapai Jumat lalu tidak lain adalah factor aksi borong pasar akan respon data ekonomi yang ada. Respon terhadap pelemahan nilai tukar dollar yang menjadi factor utama dimana investor cenderung mencari sarana investasi yang dinilai aman dari gejolak laju inflasi. Inflasi sendiri dikhawatirkan akan mulai meningkat pada kuartalan pertama 2010. 
Dirilisnya data sektor tenaga kerja Amerika Jumat lalu dinilai telah menembus level kewajaran. Tingkat pengangguran di Amerika membengkak ke level tertinggi selama 26 tahun sebesar 9.8% pada September lalu dan rilisan data October berada pada level kronis 10.2% pada akhir tahun ini. Hal ini menjadi acuan penilaian pasar akan kegagalan pemerintahan Obama untuk meregulasi dan mengefektifkan dana stimulus yang ada. Sebuah sinyal akan masih rentannya pemulihan ekonomi Amerika.
Suku bunga Amerika yang dipertahankan pada level 0-0,25% terlihat sebagai pola kebijakan Bank Sentral Amerika yang masih hati-hati dalam menyatakan ketegasan krisis finansial telah berakhir atau belum. Hal ini secara langsung melemahkan kekuatan dollar terhadap mata uang utama lainnya sebagai efek dari pemindahan investasi asset berdenominasi dollar ke instrument keuangan ataupun asset keuangan yang menawarkan imbal balik yang lebih tinggi.
Selain itu tembusnya level tertinggi emas juga dipicu oleh aksi bank sentral India yang membeli asset 200 ton emas dari IMF (International Monetary Fund) yang merupakan sebagian aksi dari rencana penjualan 403.3 ton emas IMF pada akhir tahun ini. Aksi Bank Sentral ini adalah kebijakan untuk mendiversifikasi asetnya ke bentuk lain selain dollar yang dinilai rentan akan pelemahan dan tekanan inflasi. Lain halnya dengan emas yang bergerak searah dengan laju inflasi. 
Langkah yang diambil oleh India untuk mengubah portofolio asset cadangan devisanya dari dollar AS ke emas menjadikan India sebagai negara nomer urut kesembilan dari 10 besar negara pemegang emas terbesar sebagai cadangan keuangannya di dunia. Aksi India ini diprediksi akan diikuti oleh Chinna, Rusia dan beberapa negara Asia lainnya.
Kenaikan level harga emas yang menembus di US$1.100.70 per ounce masih akan membuka peluang yang cukup untuk kembali mencoba kembali menyentuh harga tertinggi baru. Dengan memperhatikan aksi perubahan asset keuangan dari dollar ke emas oleh negara-negara besar beberapa waktu ini serta tekanan yang dihadapi oleh dollar Amerika maka emas masih mempunyai peluang jangka menengah dan panjang untuk bullish / menguat. Tren pergerakan emas beberapa minggu ini diestimasikan bertarget di US$1.139.50 per ounce. Selain itu yang perlu diperhatikan pasar adalah level harga komoditi (emas, minyak, perak, dll) yang juga mempunyai kecenderungan menguat pada akhir tahun yang merupakan efek berantai dari keterbatasan produksi minyak akibat musim dingin November-Desember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar