AS dalam beberapa tahun terakhir ini tengah berada di dalam zona yang tidak nyaman bagi sendi perekonomian AS. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, penduduk AS seakaan-akan berada di tengah ketidakyakinan akan membaiknya ekonomi AS. Terlebih setelah AS kembali tertekan oleh krisis finansial 2008.
Tahun 2010 sudah satu bulan dibuka, berbagai pandangan pesimis maupun optimis ekonomi 2010 ini terlihat gencar diperdengarkan apalagi berkaitan dengan keberlanjutan pemulihan ekonomi. Sejak pertengahan kuartal 2009 sampai pada awal tahun ini, prospek perbaikan ekonomi terlihat jelas dalam data ekonomi dan kinerja pasar keuangan. Faktanya perkembangan ekonomi bertumbuh melebihi perkiraan analis pasar.
Prakiraan pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh IMF (International Monetary Fund) juga terlihat mulai dilampaui oleh beberapa negara yang menunjukkan keberhasilan keluar dari krisis ekonomi global.
Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat keoptimisan ekonomi tidak berada pada level tahun-tahun sebelumnya. Masa krisis ini setidaknya telah terjadi jutaan pemotongan hubungan kerja di AS. Perusahaan-perusahaan AS bereaksi terhadap penurunan laba dengan melakukan sekian pemutusan hubungan kerja dengan agresif serta melakukan penghematan investasi. Dalam kurun waktu dua tahun ini, depresiasi yang terjadi di AS menjadikan negara tersebut kurang cocok bagi investasi. Hal ini juga tentunya berkaitan dengan sejumlah kebijakan moneter pemerintah AS misalnya penekanan suku bunga mendekati nol persen.
Outlook pemulihan ekonomi di kuartal awal tahun ini masih terlihat belum jelas. Tingginya tingkat pengangguran AS, pembatasan tingkat konsumsi, kebijakan pengetatan kredit, belum lagi berkaitan dengan pengetatan pengeluaran rumah tangga. Adalah sekian gambaran akan masih belum yakinnya warga AS terutama akan sudah pulihnya ekonomi AS. Hal tersebut merupakan fakta yang jelas, walaupun secara umum kondisi keuangan AS telah berangsur pulih. Hanya saja tidak data dipungkiri kondisi kredit AS masih berada pada level yang mengkhawatirkan terutama berkaitan dengan kredit perumahan. Sejumlah kehatian-hatian para pelaku pasar dan pemangku kebijakan perbankan memperlihatkan masih jauhnya ekonomi AS dari masa keemasannya. Bilamana hal tersebut terus berlangsung, pada akhirnya kombinasi antara output besar, pandangan akan rendahnya tekanan inflasi, dan masih belum keberpihakannya kebijakan ekonomi positif bagi sektor riil maka akan menjadi faktor penekan laju pemulihan ekonomi.
Tantangan ekonomi AS
AS setidaknya akan menghadapi sekian tantangan yang harus diselesaikan. Pertama, AS harus tetap konsisten dalam menentukan pola kebijakan untuk mengamankan pemulihan ekonominya. Keberlanjutan akan dana stimulus bagi beberapa sektor ekonomi AS nampaknya menjadi opsi penting. Kedua, membuat sektor finansial berjalan dalam koridor yang efektif dan efesien sehingga dapat menjaga pemulihan positif dan mencegah krisis finansial yang akan datang. Rencana kebijakan Obama untuk memperketat perbankan merupakan langkah yang baik seperti yang dilakukan Inggris. Pembatasan akan investasi bank-bank yang tidak diperbolehkan lagi memiliki, mensponsori ataupun menginvestasinya dananya di hedge fund guna meraup laba. Hal ini guna mencegah terulang kembalinya krisis finansial. Selain itu tantangan akan meningkatnya jumlah pengangguran dimana pemerintah AS memperkirakan bahwa 1,2 juta tambahan pekerjaan manufaktur akan lenyap di tahun 2018. Faktanya sektor pabrik kehilangan 2,1 juta pekerjaan sejak resesi dimulai pada Desember 2007. Pertumbuhan ekonomi yang lemah juga menjadi tantangan tersendiri. Perekonomian AS perlu tumbuh dalam kisaran 2-3/4% hingga 3% per tahun untuk mempertahankan tingkat pengangguran. Analis memprediksi 2,5% untuk pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) riil untuk tahun 2010. Namun resiko meningkatnya pengangguran rata-rata tahunan 2010 masih cukup besar. Kita tunggu perkembangan ekonomi AS yang terlihat “nyaman” dengan pelemahan US$.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar