Selasa, 27 Oktober 2009

Outlook Ekonomi Indonesia Pasca Pelantikan KIB II


Kabinet Indonesia Bersatu jilid II telah dilantik. Berbagai persiapan telah dilakukan demi mendukung laju kinerja yang maksimal dan efektif. Terlebih mengingat tantangan yang besar yang harus dihadapi oleh jajaran pemerintahan yang baru ini. Baik didalamnya menyangkut tantangan internal maupun tantangan eksternal yang mau tidak mau harus dihadapi.

Kemampuan Indonesia untuk dapat bertahan pada masa krisis financial yang lalu patut disyukuri. Hal itu adalah sumbangan yang baik dari kinerja pemerintahan yang lalu. Krisis financial lalu yang sempat menekan pasar. Bulan Desember 2008 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 1.355,4,terpangkas hampir separuhnya dari level pada awal tahun 2008 sebesar 2.627,3, hal ini terjadi diiringi oleh jatuhnya nilai kapitalisasi pasar dan penurunan tajam volume perdagangan saham. 
Bahkan yang terjadi arus keluar kepemilikan asing di saham, surat utang Negara (SUN), maupun SBI berlangsung cukup panjang pada masa itu. Hingga akhir Desember 2008, posisi asing di SUN tercatat Rp.87,4 triliun, menurun dibandingkan posisi September 2008 yang sempat mencapai Rp104,3 triliun. Sementara posisi asing di SBI tercatat Rp.8,4 triliun, menurun tajam dibandingkan posisi Agustus 2008 sebesar Rp.68,4 triliun. Demikian catatan Bank Indonesia. 
Pada masa itu juga rupiah sempat menyentuh level terlemah 2009 di harga 12.150 terhadap dollar AS pada 2 Maret 2009. Namun pola ekonomi Indonesia yang cukup berfokus pada sector riil serta system perbankan Indonesia yang relative kuat unutk menghadapi krisis terbukti mampu bertahan dalam badai financial tersebut. Yang menarik adalah data Biro Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2009 mengalami peningkatan jadi 6,39%. Fakta kenaikan dari pertumbuhan ekonomi yang kuartal pertama yang berada pada level 6.32%. Bahkan Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di 2009 menjadi 4,3% dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,4%. Dalam proyeksinya, bank Indonesia juga menaikkan tingkat pertumbuhan Indonesia dari 3% menjadi 4,5%. Belum lagi bila kita melihat IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan diatas level 2500 per Oktober 2009. Sebuah fenomena yang cukup menggambarkan kepercayaan asing akan iklim investasi Indonesia.

Kabinet Indonesia Bersatu II
Memang masih cukup banyak prestasi yang cukup baik yang diberikan oleh Kabinet Indonesia Bersatu I. Dan sekarang dalam pemerintahannya yang baru, SBY, telah memutuskan pemilihan kabinet dan menteri yang akan membantu sekian banyak program kerja yang ada. Pasar saat ini masih mencermati tim ekonomi bentukan Presiden dan wakil Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Sambutan positif terhadap para menteri ekonomi dan menilai layak untuk membantu presiden SBY, karena sudah dikenal pasar dan diketahui rekam jejaknya. Terutama dengan kembali terpilihnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dan Mari Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan. Keduanya dipandang cukup berhasil dalam memimpin departemennya sehingga layak terpilih kembali.
Lalu bagaimana dengan Hatta Radjasa yang dipercaya oleh SBY untuk menjadi Menteri Koordinator Perekonomian. Sebagian pasar beranggapan Hatta kurang cocok bila ditempatkan diposisi tersebut mengingat latar belakang Hatta bukan dalam hal perekonomian. Tugas Menko yang melakukan koordinasi baik Undang-Undang dan sinkronisasi di bidang ekonomi, memastikan betul sektor riil bergerak, sektor makro sudah baik. Selain itu harus memastikan harmonisasi dan koordinasi fungsi. Yang menjadi focus kinerja Menko adalah masalah pertumbuhan ekonomi, pangan, energi, revitalisasi industri, transportasi serta upaya mendorong sektor UKM dan jasa. Namun dalam track recordnya sebagai Mensesneg, Hatta terkenal cukup piawai dalam melakukan lobi-lobi dan pengkoordinasian yang efesien dalam pemerintahan. Hal ini akan menjadi modal yang baik dan positif bagi pelaksanaan sekian banyak program ekonomi Indonesia. Di tengah polemik yang ada mengenai penunjukan Hatta sebagai Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta menanggapinya dengan sikap yang optimis akan kemampuan kinerjanya dalam memimpin tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu II sehingga dapat berjalan dengan maksimal. Track record yang cukup baik Hatta selama menjabat di Mensesneg patut menjadi tolak ukur positif bagi kesempatan posisi di bidang ekonomi sekarang ini. Hatta mempunyai optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 7%. Kisaran pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang disampaikan Kamar Dagang Indonesia merupakan kisaran yang dapat dijangkau bilamana dilakukan sebuah kerja keras dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Pasar mengharapkan iklim investasi dapat ditingkatkan lebih baik lagi sehingga investor asing kembali tertarik ke Indonesia. Dalam jabatannya ini, Hatta akan memperhatikan masalah investasi dan juga sektor finansial untuk menjaga nilai tukar serta menguatkan pasar modal. Perhatian juga pada sektor riil juga sehingga bisa mempercepat perkembangan infrastruktur di Indonesia. Hal ini dengan tujuan agar tingkat pertumbuhan ekonomi 2014 dapat tercapai terutama dengan naiknya kenyamanan investasi asing di Indonesia.
S ekarang pasar menunggu kinerja serta pelaksanaan program yang akan dilaksanakan oleh KIB II ini yang diharapkan akan terlihat efeknya pada masa pemerintahan 100 hari kedepan. Apakah prestasi kabinet yang lalu dapat terkejar oleh kabinet ini atau malah mencatatkan nilai merah dalam laporannya.

Rupiah??
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi terlihat menguat 50 poin menjadi Rp9.425-Rp9.435 per dolar dibanding penutupan jumat lalu Rp9.480-Rp9.495. Peluang rupiah masih bisa menanjak ke 9.200-9.300 per dolar AS. Hal ini dapat terjadi bilamana faktor positif dari eksternal maupun internal cukup besar terlebih respon pasar terhadap program kerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) kedua dalam upaya menyambut pertumbuhan ekonomi global yang makin membaik. Jika tertekan melemah pergerakan akan berada pada range 9500-10.000 per dollar AS.

Selasa, 20 Oktober 2009




Dalam beberapa waktu terakhir ini nilai tukar mata uang rupiah terpantau menunjukkan penguatan yang cukup signifikan khususnya terhadap US dollar. Sampai dengan perdagangan di hari Jumat, 16 Oktober, rupiah tercatat dikisaran 9.330 terhadap US dollar. Dari catatan yang ada, rupiah telah bergerak menguat 17 persen dalam tahun ini.
Optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global memicu tergerusnya posisi dolar AS sebagai safe haven currency. Di saat yang sama juga dollar Amerikapun juga ikut tertekan dengan meningkatnya harga minyak yang kembali menembus level harga patokan dari OPEC yang berada pada level $70 per barrel. Beberapa hari perdagangan ini, minyak mencatatkan level harga $79.05 per barrel.

Beberapa komoditi juga mengalami kenaikan seperti kenaikan mencolok pada emas yang berhasil menembus level psikologis $1000 per trouy ounce dengan mencatatkan level di $1061.10 per trouy ounce. Fakta emas adalah salah satu instrumen yang diburu saat kondisi ekonomi memburuk untuk mengamankan investasi karena harganya cenderung stabil atau menjadi instrumen hedging atau lindung nilai kala ekonomi membaik untuk melindungi investasi dari lonjakan inflasi. 

Bisa dikatakan performa dari dollar Amerika sedang dalam kondisi yang kurang baik dengan tertekannya dari banyak sisi. Bahkan dengan komentar Bernanke yang menyatakan kepositifan terhadap pemulihan ekonomi ini, nampaknya semakin memperbesar kemungkinan akan kembali dinaikkannya suku bunga Amerika. Pada fakta yang bersamaan, pola pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi yang terbaiknya. Seperti keyakinan yang ditampilkan oleh pemerintah Indonesia bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus berjalan baik. Hal ini seperti yang terlihat dalam indikator pertumbuhan investasi dan daya daya beli masyarakat yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi kian merambat naik.
Beberapa waktu yang lalu, Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua mengalami peningkatan menjadi 6,39%. Hal ini merupakan fakta kenaikan dari pertumbuhan ekonomi yang kuartal pertama yang berada pada level 6.32%. Sentimen positif juga mencuat setelah Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di 2009 menjadi 4,3% dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,4%, seiring dengan makin membaiknya perekonomian dunia pasca krisis ekonomi global. 
Beberapa data serta pernyataan yang dikeluarkan oleh otoritas keuangan menaikkan sentimen positif dari meningkatnya aura positif kekuatan ekonomi Indonesia. Sikap Bank Indonesia yang menaikkan tingkat pertumbuhan Indonesia dari sekitar 3% menjadi 4,5% juga terlihat berimbas positif.
Faktor pendorong penguatan rupiah ini juga tidak lain adalah arus modal asing yang masuk ke Indonesia untuk mencari tempat investasi yang memiliki return atau pengembalian yang tinggi. Indonesia dipandang sebagai tempat yang paling menguntungkan bersandar pada perbedaan tingkat bunga acuan the Fed yang berada di bawah 2 persen. Di lain pihak tingkat acuan BI dalam kisaran 6-7% sehingga dengan spread atau marjin 4-5% persen sangatlah menjanjikan. Naiknya IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan diatas level 2500 per Oktober 2009 ini juga menggambarkan besarnya arus dana asing yang masuk di Indonesia.
Selain itu faktor internal lainnya yang mendukung penguatan rupiah adalah naiknya peringkat utang Indonesia oleh Moody's Investors Service. Hal ini semakin menaikkan daya tarik untuk membeli obligasi yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu yang menjadi perhatian hangat dari investor luar terutama adalah naiknya tingkat keyakinan keamanan dan ketertiban Indonesia setelah terbunuhnya gembong teroris Noordin M. Top dan beberapa sindikatnya yang tidak dapat dipungkiri meniupkan angin sejuk di iklim investasi.
Yang lebih hangat lagi adalah rupiah yang juga terangkat oleh sentimen baik yang dihembuskan oleh harapan akan kabinet pemerintahan yang baru. Penulis memperkirakan kemungkinan puncaknya akan terjadi pada 21 Oktober terutama jika kabinet baru terbentuk dengan dinilai kuat dan positif bagi perekonomian Indonesia. Peluang rupiah masih bisa menanjak ke 9.200-9.300 per dolar AS. Kemungkinan rupiah masih mempunyai peluang untuk menguat sampai 9.000 bahkan 8.900 per dolar AS. Jika tertekan melemah pergerakan akan berada pada range 9500-10.000 per dollar AS.